Sumber : kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berawal dari gerakan (harakah) dakwah Islam di kalangan kampus yang cenderung tertutup dan berpandangan konservatif. Ketika menjelma menjadi partai dalam iklim demokrasi, gerakan Islamis itu menjadi lebih moderat.
Penilaian itu disampaikan dosen politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi, dalam diskusi buku karyanya, "Dilema PKS: Suara dan Syariah" di Jakarta, Selasa (10/4/2012).
"Ada hukum besi demokrasi bahwa partai Islamis sekalipun, kalau masuk dalam alam demokrasi, akan mengalami proses moderasi, akan mengalami postmoderasi. PKS mengalami hal ini," katanya.
Menurut Burhanuddin, PKS, yang dulu bernama PK (Partai Keadilan), merupakan pengembangan dari gerakan Islam yang tumbuh di kampus-kampus. Para penggiatnya berasal dari kaum muda, tinggal di perkotaan, berpendidikan, dan punya pandangan keagamaan yang konservatif. Dalam perkembangannya, partai ideologis itu semakin membuka diri untuk merangkul segmen masyarakat yang lebih luas.
"Dulu, partai Islam dicitrakan antidemokrasi karena cenderung teokratik (paham negara berdasar agama). Namun, ketika masuk dalam sistem demokrasi, PKS kemudian menjadi semakin moderat. Partai ini mampu mengawinkan Islam dan demokrasi," katanya.
Saat ini PKS masih tetap mengalami dilema, terutama untuk tetap mempertahankan basis massa pendukungnya sambil meraih simpati dari publik lebih luas. Jika berhasil, partai itu akan memperoleh dua segmen itu. Namun, jika gagal, kedua segmen itu bakal lepas.
"Kita uji saja ijtihad politik PKS dalam Pemilu 2014 nanti," katanya.
JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berawal dari gerakan (harakah) dakwah Islam di kalangan kampus yang cenderung tertutup dan berpandangan konservatif. Ketika menjelma menjadi partai dalam iklim demokrasi, gerakan Islamis itu menjadi lebih moderat.
Penilaian itu disampaikan dosen politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi, dalam diskusi buku karyanya, "Dilema PKS: Suara dan Syariah" di Jakarta, Selasa (10/4/2012).
"Ada hukum besi demokrasi bahwa partai Islamis sekalipun, kalau masuk dalam alam demokrasi, akan mengalami proses moderasi, akan mengalami postmoderasi. PKS mengalami hal ini," katanya.
Menurut Burhanuddin, PKS, yang dulu bernama PK (Partai Keadilan), merupakan pengembangan dari gerakan Islam yang tumbuh di kampus-kampus. Para penggiatnya berasal dari kaum muda, tinggal di perkotaan, berpendidikan, dan punya pandangan keagamaan yang konservatif. Dalam perkembangannya, partai ideologis itu semakin membuka diri untuk merangkul segmen masyarakat yang lebih luas.
"Dulu, partai Islam dicitrakan antidemokrasi karena cenderung teokratik (paham negara berdasar agama). Namun, ketika masuk dalam sistem demokrasi, PKS kemudian menjadi semakin moderat. Partai ini mampu mengawinkan Islam dan demokrasi," katanya.
Saat ini PKS masih tetap mengalami dilema, terutama untuk tetap mempertahankan basis massa pendukungnya sambil meraih simpati dari publik lebih luas. Jika berhasil, partai itu akan memperoleh dua segmen itu. Namun, jika gagal, kedua segmen itu bakal lepas.
"Kita uji saja ijtihad politik PKS dalam Pemilu 2014 nanti," katanya.
0 comments:
Post a Comment